Rabu, 15 Juni 2011

BAHASA INDONESIA RAGAM BAKU


Ciri-ciri  Bahasa Idonesia Ragam Baku:
1. Penggunaan awalan ber- dan me- secara eksplisit dan konsisten
ü  Orang itu nguping pembicaraan temannya. (TB)
ü  Orang itu menguping pembicaraan temannya. (B)
ü  Sebelum kerja di perusahaan, ia jualan roti. (TB)
ü  Sebelum bekerja di perusahaan, ia berjualan roti. (B)
2. Mengguanakan kata tugas secara  eksplisit dan konsisten.
ü     Amir belum berangkat kuliah, belum mandi. (TB)
ü    Amir belum berangkat kuliah, karena belum mandi. (TB)
ü    Dia tidak melapor atasannya, dia akan pergi. (TB)
ü    Dia tidak melapor kepada atasannya, bahwa dia akan pergi. (B)
3. Pengguanaan kata tugas sesuai dengan fungsinya.
ü     Surat itu ditujukan pada Ayahnya. (TB)
ü    Surat itu ditujukan kepada Ayahnya. (B)
ü    Anggaran Bantuan Operasional Sekolah itu ditujukan kepada semua sekolah. (TB)
ü    Anggaran Bantuan Operasional Sekolah itu ditujukan pada semua sekolah.(B)
ü   Ia tidak suka membicarakan tentang pacarnya. (TB)
ü   Ia tidak suka membicarakan pacarnya. (B)
ü    Ia tidak suka bicara tentang pacarnya. (TB)
4. Pengguanaan sruktur logika yang tidak rancu.
ü  Ia berhenti dalam perjalanan dari rumah ke kampus.(TB)
ü    Ia berhenti dalam perjalanan dari rumah menuju kampus. (B)
ü    Ia berhenti dalam perjalanan antara rumah menuju kampus.(TB)
ü    Ia berhenti dalam perjalanan antara rumah dan kampus.
ü    Kepada beliau, waktu dan tempat kami persilahkan. (TB)
ü    Kepada beliau, waktu dan tempat kami sediakan. (B)
ü    Untuk menyingkat waktu, mari kita mulai acara ini.(TB)
ü    Untuk mengefektifkan waktu, mari kita mulai acara ini.(TB)
5. Pengngunaan Fungsi-Fungsi dalam  Kalimat Secara Benar
Dalam rapat itu mengandung banyak kelemahan.(TB)
Rapat itu mengandung banyak kelemahan.(TB)
     S                         P             Pelengkap
  Dalam rapat itu pendapatnya mengandung banyak kelemahan.(B)
                K                             S                              P                      Pelengkap
Benar-benar mengecewakan. (TB)
Prilakunya benar-benar mengecewakan. (TB)
                S                                P          
6. Menggunakan bentuk-bentuk gramatikal yang tidak redundan.
Para hadirin dipersilakan duduk kembali. (TB)
 Hadirin dipersilakan duduk kembali. (B) è Hadirin sudah bermakna ganda.
Mereka saling bersalaman kemudian berpelukan. (TB)
Mereka bersalaman kemudian berpelukan. (B) è Afiks ber- sudah   bermakna saling.
Kehadirannya merupakan suatu kehormatan. (B)
Kehadirannya adalah merupakan suatu kehormatan. (TB)

7. Menghindari pemendekan bentuk kata maupun bentuk kalimat.
Contoh pemendekan kata:          bagaimana  (B)                è gimana (TB)
                                                                tetapi                    è tapi
                                                                begitu                   è gitu
                                                                begini                   è gini
                                                                sudah                    è udah
                                                                saja                        è aja
                                                                tidak                     è tak, dak
Contoh pemendekan kalimat:   Anda akan pergi ke mana? (B)
                                                                Ke mana? (TB)
                                                                Anda datang dari mana? (B)
                                                                Dari mana? (TB)
8. Menghindari pemakaian unsure gramatikal, unsur leksikal, maupun lafal yang berbau kedaerahan
Contoh unsur gramatikal yang berbau kedaerahan:
mencubit (B)                    è menyubit
mencabit                                            è menyabit     
mencabut                                           è menyabut
mencintai                                           è menyintai
 
Contoh unsur leksikal yang berbau kedaerahan:
Dialek Jakarta   : dong, deh, sih, kek, lu, gue, dsb.
Dialek Sasak                      : lasingan, ke, pe, dsb.
Dialek Sumbawa             : aida, bleh, dsb
Dialek Mbojo                    : ede, dsb.
Contoh pelafalan yang berbau kedaerahan:
Dealek Jakarta  : ape, ke mane, aje, berape, dsb.
Dialek Jawa                       : mBandung, mBogor, nDemak, mBatik,
Dialek Sasak                      : Cakre  è Cakra
                                                  Suete                   è Sueta
                                                  pilem                  è film
Dialek Sumbawa             : pelem                 è filem.
Dialek Mbojo                    : suda                    è sudah
                                                  perna  è pernah
                                                  sebegai               è sebagai
9. Penggunnaan kata-kata sapaan foramal Bapak, Ibu, Saudara, Anda; dan penghindaran pemakaian kata-kata sapaan informal sini, situ, sana
Sini setuju dengan pendapat situ. Bagaimana dengan sana? (TB)
 Saya setuju dengan pendapat Anda. Bagaimana dengan dia? (B)
10. Penggunaan pola urutan “aspek + pelaku + kata kerja” pada bentuk kata kerja pasif
11. Penggunaan bentuk terpadu (sintetik), bukan bentuk terberai (analitik).
dipukul (B)                        è kena pukul (TB)
 
 menaikkan (B)                               è dibikin naik (TB)
12. Menggunakan lafal baku dalam pemakaian bahasa lisan. Lafal yang baku adalah lafal yang tidak dikenali lagi ciri kedaerahannya.
13. Menggunakan sistem tulis resmi dalam pemakaian bahasa tulis. Sistem tulis resmi tersebut secara lengkap terdapat pada Buku Bedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disenmpurnakan atau Buku Tata Bahasa Indonesia Baku.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar